Kiat Menembus UMPTN


Belum juga selesai membaca Bab 1 Buku Ranah 3 Warna-nya Anwar Fuadi, tiba-tiba aku teringat salah satu keinginanku dulu yang kemudian sempat tenggelam, membantu anak-anak muda melewati fase hidupnya dan memberikan petunjuk yang mungkin dulu tidak kudapatkan. Proses pencarian dalam setiap diri berbeda, namun bila sedikit informasi ini bisa bermanfaat, aku akan menjadi seseorang yang sangat berbahagia. Mungkin terlambat untuk memulai, UMPTN terakhir yang kutempuh sudah 6.5 tahun yang lalu, namun izinkan aku menuliskan sesuai ingatan tua ini.

Berawal dari keinginan untuk bisa keluar kuliah jauh dari kota kelahiran ke kota yang bersuhu dingin, aku mengawali mimpi ketika ada darmawisata kelas 2 SMA. Saat itu ada dua pilihan tujuan darmawisata, jurusan Timur dan Barat. Jurusan Timur mengarah ke Surabaya-Malang, mengunjungi UNAIR, ITS, dan UNBRAW. Sedangkan jalur kedua bertujuan ke Bogor-Bandung, IPB-ITB. Tentu saja aku memilih jalur terjauh. Kesan pertamaku ketika melihat kampus IPB adalah banyak pohon, sejuk, masjid yang besar, tempat wudhu wanita luas, aku serasa dimanja. IPB adalah kampus idamanku. Saat bertandang ke ITB, Kami disambut oleh kakak kelas kami di jurusan Teknik Mesin. Kami dibawa berkeliling ke laboratorium dan dijelaskan mengenai mesin yang dibuat selama praktikum. Perasaan kagum akan pengetahuan yang mereka miliki, merebak. Aku ingin seperti mereka, bisik kata hatiku saat itu. Menemukan tujuan dan minat, itu yang pertama sebagai bagian dari upaya untuk menemukan diri sendiri.

Pulang dari sana, aku mulai mengikuti lembaga bimbingan belajar yang berasal dari Yogyakarta. Mereka memberikan bimbingan mengenai passing grade jurusan. Teknik elekro dan teknik mesin semuanya tercoret dari daftar, karena passing gradenya tinggi, harus mengalahkan 40 orang lebih untuk mendapatkan satu kursi. Bisa mencret. Aku mengikuti semua try out UMPTN, mulai dari yang gratis sampai bayar, akibat keingintahuan apakah kemampuanku cukup untuk bersaing dengan seluruh siswa SMA di kota asalku, menggodog mental untuk berhadapan dengan seluruh Indonesia saat UMPTN. Keder sih nggak, ngompol iya. Jurusan yang kupilih? Apapun selama passing grade jurusan tersebut tidak terlalu tinggi untuk memperbesar persentase kemungkinan aku diterima, sekalian menguji teoriku. Putar otak, jariku menelusuri 23 jurusan di ITB yang memenuhi kriteria: jurusan tersebut tidak terdapat di semua universitas, artinya lapangan pekerjaannya masih terbuka luas. Pilihan pun jatuh ke Teknik Perminyakan. Pilihan 1 aman, sembelit hilang. Pilihan kedua melayang ke institut di Surabaya. Kriterianya berbeda, namun cara berpikirnya masih sama. Sistem informasi, pecahan jurusan teknik informatika, terpilih setelah bertanya sana-sini dan lari sana-sini ikut seminar tentang penjurusan. Lulusan sistem informasi dipersiapkan untuk menjadi analis, dimana profesimya masih sangat jarang, karena jurusan sistem informasi baru berdiri 3 (tiga) tahun ketika aku mendaftar, peluang kerjanya masih amat sangat terbuka luas, dan belum banyak universitas terkemuka yang memiliki jurusan ini.

6 bulan sebelum bulan Juni, UMPTN hingga 10 tahun sebelumnya telah terkumpul. Pukul 7 adalah waktu dimana aku tak boleh diganggu hingga jam 10. Jam 8 malam aku akan belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Jam 8 – 10 kupergunakan untuk latihan mengerjakan 100 soal setiap hari. Aku ingin membiasakan diri untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dalam waktu kurang dari 2,5 menit, bahkan jika beruntung, terkadang ada beberapa soal UMPTN tahun sebelumnya yang berulang. Aku sengaja memilih ruang belajar di belakang rumah yang terbuka, sehingga dipastikan aku memperoleh cukup O2 selama mengerjakan soal untuk masuk ke otak agar tidak cepat bosan dan mudah berkonsentrasi. Bapak memegang peranan penting dalam perjuangan ini, beliau memasang neon untukku belajar dan memesankan mie untuk kusantap ketika aku sedang lapar.

3 bulan menjelang UAS, bagai tersadar dari jadi zombi, percuma aku mempeng belajar buat UMPTN kalau UAS dan UAN-nya nggak lulus. Entah setan mana yang merasuk ke otakku sehingga aku beranggapan kalau latihan soal-soal UMPTN pasti akan lulus UAN. Saat itu aku berharap, jika ujian untuk UAN dan UMPTN bisa dijadikan satu, lebih efisien. Payahnya, setelah mengikuti try out soal UAN, tipikal soalnya lain dengan UMPTN, tidak bisa diterapkan trik seperti kalau kita mengerjakan soal UMPTN. Modyar. Strategi dirubah sedikit, 1 jam untuk mengerjakan tugas sekolah kugeser untuk mengerjakan soal UAS dari 5 tahun sebelumnya, untuk melengkapi les tambahan dari sekolah yang kuikuti selama di kelas 3, harinya berselingan dengan bimbingan belajar. Sayangnya untuk soal UAS, kita jarang sekali mendapatkan soal yang berulang. Tim pembuat soal-nya kreatif, hehe. Tahu tidak mungkin mengejar ketertinggalan, aku pasrah dan hanya berharap bisa lulus UAS dan UAN untuk menggapai impianku yang lebih tinggi, lulus UMPTN. Ada satu kebiasaan yang aku terapkan selama kelas 3, yaitu Sholat Dhuha. Guru agama di sekolah kami, memotivasi kami dengan mengatakan bila kami mengerjakan Sholat Dhuha dengan konsisten dan berdoa dengan hati yang khusyu, InsyaAllah, 4JJI SWT akan mengabulkan doa kita bila itu memang sudah menjadi jalan kita.

Sebulan setelah UAN, aku berangkat ke tempat tes UMPTN, Surabaya, melanjutkan bimbingan belajar disana selama dua bulan, mencoba bersaing dengan kemampuan bocah seusiaku disana. Intensitas ketegangan semakin terasa. Tak terasa, hari pertempuran pun datang. Doa ibu, ayah, kakak, dan doaku sendiri tak putus-putusnya dipanjatkan. Bulan Agustus adalah saat yang mendebarkan. Koran direntangkan, namaku pun muncul di koran untuk kode jurusan pilihan kedua. Setahun kujalani pilihan itu, namun jiwaku menginginkan lain. Impianku masih terus berteriak di hatiku.

3 bulan menjelang UMPTN tahun kedua, aku mengikuti lembaga bimbingan belajar di Kaca Piring bersama satu teman jurusanku. Jurusan yang kuambil kali ini adalah yang diinginkan oleh kedua orangtuaku, kedokteran UNAIR sebagai pilihan pertama. Pilihan kedua masih berada di ITB, namun kali ini karena tak mau kecewa, aku memilih jurusan di fakultas yang sama namun memiliki passing grade lebih rendah dari Teknik Perminyakan saat itu, yang lebih sesuai dengan kemampuanku serta impianku saat masih kecil, ingin tahu cara tahu di suatu daerah ada emasnya atau tidak dan bagaimana cara mengambilnya. Ya, Teknik Pertambangan adalah pilihan keduaku. Tes kedua sama deg-degannya. Hasil pengumuman tak kulihat terlalu serius, karena aku tidak merasa perjuanganku maksimal seperti perjuangan UMPTN-ku di tahun pertama. Kali ini pengumuman kulihat via internet. Dan aku membelalak tak percaya, Bulan Agustus Tahun 2005 adalah titik balik kehidupanku. Saat itu hingga sekarang, aku mempercayai dengan sepenuh hatiku, bila itu adalah jalanmu, maka 4JJI SWT akan memudahkan jalannya. Ya, aku lulus pilihan kedua, impianku. Pilihan yang mengarah ke jalan yang kutempuh sekarang. Namun itu adalah cerita yang lain. 🙂

8 thoughts on “Kiat Menembus UMPTN

  1. Dikha52 May 6, 2012 / 3:07 pm

    100 soal per hari pak?
    waw, tertantang aku .

    • travellingaddict May 7, 2012 / 7:59 am

      Ini bu, bukan, pak. Fighting! 🙂

  2. nauval May 12, 2012 / 9:03 pm

    Jaman-jaman itu namanya udah spmb deh 🙂
    IMO, sebenarnya ikut les khusus spmb itu secondary sih, yg utama latian soal tiap hari plus time trial dan ikut try out, lalu berdoa 😀
    iya ya, kalo diingat-ingat dulu pengen masuk teknik penerbangan ITB, eh nyantolnya di SI haha

    • travellingaddict May 14, 2012 / 7:49 am

      Iya ya? Trus yang sekarang namanya apaan ya, bukan SPMB lagi kayaknya? Mantablah, tips-nya ada yang ngaminin. 🙂 Tapi untung juga masuk SI ya, another doors open, it will lead you into different way. 🙂

  3. Fajar Dwi Santoso (@fajards) July 10, 2012 / 1:32 am

    wah jadi sedikit memotivasi.. kebetulan saya kurang beruntung di snmptn dan mencoba peruntungan di UM 🙂

    • travellingaddict December 20, 2012 / 6:36 pm

      Udah keterima di UM-nya? Kalo udah keterima – apalagi di jurusan yang diinginkan, tinggal lanjut aja, sayang udah mahal-mahal bayarnya. 😀 Tapi kalo jurusannya belum pas, – ya, namanya juga panggilan hati, wajib dipenuhi. InsyaAllah, kalau Fajar berjodoh dengan jurusannya, dimudahkan urusannya (Amin). Selamat berjuang. Persiapkan dari sekarang. Di saat orang lain masih berjalan, Fajar sudah berlari.

Leave a reply to Dikha52 Cancel reply